Selasa, 01 November 2016

Etika Penakwilan Mimpi

Etika Penakwilan Mimpi

Para pentakwil memiliki banyak cara dalam membuat kesimpulan takwil, dan jumlahnya tidak terbatas. Bahkan, cara itu terus bertambah sesuai dengan pengetahuan penakwil, kecerdasannya, dan bakatnya. Dalam menakwilkan mimpi, penakwil hendaknya mengindahkan etika berikut ini.
  1. Jika penakwil hendak menyimak penjelasan mimpi dari seseorang, hendaknya dia mengatakan, "Insya Allah, kita akan memperoleh kebaikan dari mimpi itu dan terhindar dari keburukannya; semoga kebaikan bagi kita dan keberukan bagi musuh. Segala puji kepunyaan Allah Tuhan semesta alam. Silakan ceritakan mimpimu."
  2. Menyimak penjelasan mimpi dengan baik, kemudian lakukanlah penakwilan dengan tidak tergesa-gesa. Janganlah mengemukakan takwil kecuali setelah mengkajinya.
  3. Mimpi merupakan rahasia dan aurat manusia. Karena itu, penakwil tidak boleh menceritakan takwilnya kecuali kepada pelaku mimpi dan jangan menceritakannya di hadapan orang lain.
  4. Menakwilkan dengan cara yang paling baik. Diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Mimpi akan terbukti sesuai dengan apa yang telah ditakwilkan." Demikian yang diriwayatkan dalam As-Silsilah ash-Shahihah oleh al-Albani.
  5. Hendaknya penakwil membedakan para pelaku mimpi. Maka, janganlah menakwilkan mimpi seorang pejabat seperti menakwilkan orang kebanyakan.
  6. Mengolah mimpi yang diceritakan kepada penakwil. Jika mimpi itu baik, takwilkanlah dan sampaikanlah kabar gembira pada pelakunya. Jika mimpi itu buruk, tahanlah diri anda dari menakwilkannya atau tawilkanlah menurut kemungkinan takwil yang paling baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar